Sejumlah pihak melakukan ‘wait and see’ di kondisi kenormalan baru akibat pandemi Covid-19 saat ini. Mereka yang melakukan bukan cuma investor, tapi juga konsumen, utamanya calon pembeli properti.
Namun, masa menunggu untuk para calon pembeli properti kini telah usai. Sudah waktunya mereka menginvestasikan dananya pada produk properti. Sebab, Bank Indonesia (BI) kini sudah menurunkan suku bunga acuannya.
BI menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen, yang menjadi rekor terendah sejak awal 2018.
Penurunan ini adalah upaya BI mendorong stabilitas ekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi di tengah wabah virus korona. Menurunnya suku bunga BI juga menjadi angin segar di industri properti. Hal ini tentu bisa digunakan sebagai momen untuk membeli hunian.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli hunian di tengah pandemi Covid-19.
“Dalam kondisi seperti sekarang ini diharapkan perbankan dapat merespons secara cepat untuk menurunkan suku bunga kreditnya termasuk KPR (kredit pemilikan rumah) sehingga penurunan suku bunga acuan dapat ikut memberikan stimulus sektor properti khususnya subsektor perumahan atau apartemen,” ujar Marine.
Menurut Marine, kalau penurunan suku bunga dapat mendorong sektor properti, artinya juga akan mendorong sektor industri lainnya. Sebab, properti memiliki dampak turunan terhadap lebih dari 170 industri terkait.
“Penurunan suku bunga acuan BI memang tidak akan langsung berpengaruh terhadap rate yang efektif di level konsumen, tapi tidak ada salahnya calon debitur KPR untuk mempersiapkan diri lebih awal apalagi bagi mereka yang masih memiliki utang atau cicilan lainnya,” tutur Marine.
Pernyataan Marine pun senada dengan hasil survei PropertyGuru Consumer Sentiment Study Semester I/2020, ketika Rumah.com mengungkap potret pencari rumah di Indonesia: proporsi yang belum punya rumah, dan minat mencari rumah terbesar di Asean.
Jika dilihat secara umum di kawasan Asia Tenggara, mayoritas calon pembeli rumah mempunyai kebiasaan yang sama untuk menabung terlebih dulu sebelum membeli rumah.
Sebanyak 69 persen responden Indonesia memiliki kebiasaan tersebut. Hal ini merupakan tertinggi kedua setelah Singapura yang besarnya 70 persen.
Sedangkan sebagian kecil calon pembeli rumah di kawasan Asia Tenggara memiliki kebiasaan untuk memulai menabung setelah mendapatkan estimasi harga rumah.
Sebanyak 20 persen responden Indonesia mempunyai kebiasaan tersebut dan merupakan paling rendah di kawasan. Sementara Malaysia memiliki jumlah 30 persen responden, Singapura 22 persen responden, dan Thailand 31 persen responden.
Marine memaparkan, data tersebut menunjukkan masyarakat Indonesia dan Singapura cenderung menabung terlebih dulu sebelum membeli rumah, ketimbang menabung setelah mengetahui harga rumah.
Adapun responden Indonesia menunjukkan intensi paling tinggi di Asia Tenggara untuk rencana pembelian properti di dalam negeri dengan jumlah 89 persen responden. Sementara 6 persen responden lainnya memiliki intensi membeli properti di luar negeri, dan 3 persen responden tidak memiliki keinginan membeli properti, serta 6 persen responden lainnya tidak tahu.